Thursday, 5 March 2015 - 2 comments

Dilema Umur Seperempat Abad

Jadi ceritanya hari ini saya mulai menapaki yang kata orang - orang "quarter life crisis" di mana umur ini biasanya emang mulai muncul berbagai dilema yang dialami anak muda seputar kehidupan masa depannya. Untuk saya pribadi, umur 25 yang saya dapatkan hari ini memang cukup membuat saya bimbang dengan tujuan dan arah hidup yang akan saya jalani. Dulu saya pernah membuat planning saat berumur 25 tahun saya akan jadi seperti apa, namun pada kenyataan nya rencana itu tinggallah rencana belaka dan tak ada yang terealisasikan. Rencana yang saya buat kurang lebih seperti ini :

1. Usia 25 tahun harusnya sudah punya pekerjaan tetap
Dulu  saya sangat yakin saat saya berusia 25 tahun, saya sudah memiliki pekerjaan tetap, tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan yang saya mau dan bisa ngasih sesuatu untuk orang tua saya. Namun pada kenyataannya di saat teman - teman sepersekolahan saya dulu sudah bekerja tahunan lamanya bahkan salah satu sobat saya ada yang sudah jadi seorang manager, tapi di sini lah saya terhitung 6 bulan semenjak lulus jadi seorang sarjana kesehatan masyarakat sampai saat ini masih berstatus pengangguran. Mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passion saya selama ini ternyata tidak semudah yang saya rencanakan dulu. Awal - awal saya lulus, seperti anak muda pada umumnya yang masih idealis antara pekerjaan dan jurusan kuliahnya dulu saya mencoba melamar pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kuliah dan passion saya. Tapi apa daya sampai saat ini masih belum mendapatkan panggilan kerja. Jadi saat ini sepertinya saya mulai untuk berpikir realistis saja dalam mencari pekerjaan :))

2.  Usia 25 tahun saya melanjutkan kuliah S2 ke luar negeri
Saat saya duduk di bangku SMA, saya berencana untuk melanjutkan studi saya ke jenjang S2 di luar negeri. Nyatanya sekarang, boro - boro umur 25 S2 ke luar negeri di dalam negeri aja kayaknya ga bisa direalisasikan di umur 25 ini. Masalahnya karena kemarin saat awal kuliah saya mengambil program diploma jadi untuk mencapai gelar sarjana saya harus tempuh dengan 6 tahun kuliah (3 tahun D3, 3 tahun ekstensi S1), jadilah saya baru selesai S1 diumur 24. Sekarang kalau mau langsung lanjut S2 juga sepertinya harus dipikirkan ulang berhubung belum kerja juga, kalau sampai jadi S2 nanti kapan kerjanya???. Saya bukan tipe orang yang multitasking bisa membagi waktu kerja dan kuliah S2 di saat yang bersamaan jadi daripada ga fokus lebih baik saya urungkan rencana kuliah S2 dan fokus untuk mendapatkan pekerjaan dulu saat ini *sigh*

3. Usia 25 tahun sudah mulai berkeluarga
Rencana masa lalu saya yang juga tak terealisasikan selanjutnya tak lain tak bukan adalah masalah berkeluarga. Dulu sih rencananya paling tua 25 tahun udah nikah maksudnya biar ga begitu jauh umur saya dengan anak - anak saya kelak biar bisa jadi teman untuk anak - anak saya hahaha... tapi lagi - lagi karena masalah pekerjaan yang belum saya dapatkan, untuk urusan berkeluarga ini harus saya singkirkan dahulu dan sepertinya baru akan saya pertimbangkan sekitar 2 - 3 tahun lagi. Walaupun tante dan om saya sudah mulai annoying nanyain kapan nikah dsb, selama orang tua saya masih adem ayem seperti saat ini saya juga akan santai - santai saja (tapi tetep kepikiran juga apalagi beberapa sahabat saya sudah pada punya anak hahaha) :))

Yak, itulah 3 diantara rencana yang pernah saya buat dulu sebelum menapaki umur 25 tahun. Kita memang bisa berencana tapi pada kenyataannya Tuhan juga yang menentukan. Saya sih yakin aja Tuhan akan kasih yang terbaik buat saya walaupun tidak seperti yang saya rencanakan dulu. Anggap aja sekarang ini adalah cara Tuhan menguji saya untuk jadi orang yang lebih awesome nantinya. Aamiin.... 

Jadi, di umur 25 tahun ini saya tetap berterima kasih sama Tuhan karena masih dikasih kesempatan untuk membuka mata dan bernapas, masih dikasih kesempatan untuk mencoba menjadi orang yang lebih baik lagi, masih dikasih kesempatan untuk terus bersyukur atas semua nikmat yang Tuhan berikan ke saya. Semoga tahun ini dapat saya jalani dengan sebaik - baiknya dan semampu saya, semoga tahun yang baru ini juga bisa sesuai dengan pepatah "berakit - rakit dahulu bersenang - senang kemudian" karena sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan.

Happy Birthday to Me :*


Xoxo,
Ajeng




- 0 comments

Ceritanya Belajar Bahasa Isyarat

Waaww... udah lama banget ya ga ngeblog. Ternyata kangen juga nulis sesuatu ngeluarin uneg - uneg yang lama - lama bikin eneg saking nyampahnya hehehe.... Maklum kemarin lagi sibuk - sibuknya dengan perkuliahan demi mendapatkan gelar sarjana yang terhitung kira - kira sudah 6 bulan berlalu semenjak gelar sarjana itu saya dapatkan dan Alhamdulillah sampe detik ini masih nganggur. Loh kok malah Alhamdulillah ? iya gapapa disyukurin aja itung - itung jadi lumayan nikmatin waktu libur panjang yang mungkin ga akan dirasakan lagi kalo udah sibuk bekerja nantinya yang gatau kapan kerjanya hahaha.

Berhubung jadi seorang pengangguran, akhirnya jadi inget sama si blog yang sudah cukup terlantar ini. Oleh karena itu, ijinkan saya bercerita mengenai kegiatan saya selama 6 bulan menjadi seorang pengangguran ini :))

Awal - awal lulus jadi sarjana kemarin, ceritanya saya kabur sejenak dari ibu kota dan menetap kurang lebih 2 bulan di kota paling nyaman yang pernah saya tinggali yang mana tak lain dan tak bukan Kota Yogyakarta tercinta. Niat awal sih cuma mau di Jogja selama semingguan saja sekalian ikut Jobfair di sana tapi jadi panjang karena om saya menawarkan diri ngajarin saya belajar motor biar katanya mandiri begitu pulang ke Jakarta ga perlu diantar ke sana kemari sama bapak yang sudah pensiun. 

Karena selama di Jogja ga ada kerjaan selain belajar motor itu, lama - lama saya bosan juga. Kemudian saya ingat pernah liat di salah satu siaran tv ada sebuah komunitas tuna rungu di Jogja yang bisa melakukan banyak kegiatan kesenian yang bermanfaat. Mulailah saya googling mengenai komunitas tuna rungu tersebut, akhirnya ketemu twitternya Deaf Art Community Jogja dan kebetulan komunitas tuna rungu ini juga mengadakan latihan bahasa isyarat gratis setiap hari Senin dan Kamis jam 4 - 6 sore di Sekolah Semangat Tuli, Jalan Langenarjan Lor No. 16A.


Lokasi Sekolah Semangat Tuli bagi yang mau ke sana


Jadilah saya mengajak adik saya untuk mencoba ikut latihan bahasa isyarat siapa tau bisa berguna untuk saya yang juga memiliki masalah pendengaran ini. Hari pertama datang ke Sekolah Semangat Tuli rasanya ragu - ragu karena tempatnya lebih seperti rumah warga biasa ga ada tanda plang maupun spanduk yang menunjukkan tempat belajar ataupun tempat komunitas tuna rungu selain nomor rumah yang sama yang ditunjukkan di twitternya DAC Jogja. Begitu masuk ke ruang tamu, agak awkward juga saling pandang sama penghuninya tapi mereka semuanya welcome kok sama kita. Kesan selanjutnya, agak aneh karena suasananya sepi tidak terdengar suara orang ngobrol berhubung mereka semua tuna rungu dan beberapa juga tidak dapat berbicara dengan jelas seperti orang normal. Kita sampai sana jam 4 sore tapi latihan bahasa isyaratnya molor sampai jam 1/2 5 sore karena nungguin yang lainnya yang juga mau ikutan latihan bahasa isyarat karena jadwalnya yang fleksibel jadi kebanyakan ga on time datangnya.


Suasana Latihan Bahasa Isyarat di Sekolah Semangat Tuli

Hari pertama latihan kita diajarin sama Zakka, dia tuna rungu dan bicaranya pun kurang jelas. Tapi, kita tetap bisa menangkap apa yang dia ajarkan ke kita walaupun kadang suka bingung sama apa yang dia maksud jadi saya mencoba untuk membaca gerak bibirnya seperti yang biasa saya lakukan saat ngeobrol dengan orang heheheh. Hari pertama kita latihan alfabet dan huruf dalam bahasa isyarat. Di sini bahasa isyarat yang digunakan yaitu BISINDO bukan isyarat SIBI ataupun ASL. Saya baru tahu kalau bahasa isyarat di Indonesia masih belum sama serempak namun berbeda ada yang menggunakan BISINDO tapi ada juga yang menggunakan SIBI. Berdasarkan mbah wiki, BISINDO ini merupakan bahasa isyarat yang dikembangkan oleh para tuna rungu itu sendiri sementara SIBI direkayasa oleh orang normal.



BISINDO

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_isyarat

Belajar bahasa isyarat ini juga ga gampang ternyata. Soalnya, kalimat percakapan biasa kalau di bahasa isyaratkan kalimatnya jadi berubah. Misalnya, dalam kalimat normal "Kenapa kamu dapat nilai jelek?" dalam bahasa isyarat berubah menjadi "Kamu nilai jelek dapat kenapa?" . Hal ini bikin saya sering lupa urutan isyaratnya terus jadi pusing sendiri hahahaha....

By the way, pengajar bahasa isyarat di DAC Jogja ini rata - rata mahasiswa loh. Walaupun mereka tuna rungu dan kesulitan berbicara, mereka mampu menunjukkan bahwa mereka juga bisa seperti kalian yang normal. Jadi jangan meremehkan mereka walaupun mereka memiliki kekurangan bukan berarti mereka tidak bisa apa - apa. Saya sendiri kagum sekali dengan mereka, saya sebagai seorang yang memiliki kekurangan pendengaran walaupun masih bisa mendengar sangat merasakan sulitnya kuliah di tengah - tengah mereka yang normal. Saya sering merasa terkucilkan dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki apalagi mereka yang sama sekali tidak bisa mendengar apa yang dosen ucapkan di kelas. 

Mungkin memang ada perbedaan di kampus mereka di Jogja dengan kampus saya di Depok dalam proses perkuliahan untuk mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus sepeti kami. Saya tidak sempat menanyakan masalah tersebut ke mereka karena rasanya tidak enak menanyakan hal tersebut. Saya jadi penasaran bagaimana cara mereka buat survive dan mandiri dalam berinteraksi dengan sekeliling mereka seperti saat mereka belanja, makan di luar, dan bergaul di kampus. Apakah mereka menggunakan bahasa isyarat, menulisnya di kertas atau selalu butuh pendamping ??. Lain kali akan saya coba tanyakan kalau saya tidak lupa hehehe.

Bertemu dengan mereka di Sekolah Semangat Tuli ini beneran bikin saya nyaman. Ntahlah... mungkin karena saya merasa memiliki kesamaan dengan mereka dan semangat yang mereka miliki untuk tidak dipandang sebelah mata karena kekurangan yang ada pada diri mereka. Hal ini juga membuat saya sadar, mereka yang tuna rungu dan tuna wicara saja memiliki semangat seperti itu dan bisa berkarya bahkan sampai ke luar negeri, saya yang walaupun memiliki kekurangan pendengaran tapi setidaknya saya masih bisa mendengar harus bisa juga seperti mereka bahkan harus bisa melebihi mereka. Mungkin yang membedakan saya dengan mereka adalah mereka memiliki kemauan sementara saya sering merasa malas mencoba karena takut gagal, takut kecewa, takut sakit hati dan ketakutan lainnya yang terus mengikis semangat dan kemauan saya.

Sayangnya, pertemuan dan latihan bahasa isyarat saya di Sekolah Semangat Tuli tidak bisa terus - terusan saya lakukan berhubung saya tinggal di Jakarta. Rasanya kangen juga untuk kembali belajar bahasa isyarat lagi, sedangkan di Jakarta sangat susah menemukan komuntas tuna rungu yang seperti DAC Jogja ini. Ada sih komunitas yang pernah saya datangi di Jakarta cuma tempatnya jauuuuuhhh.... sekaaaliii.... selain makan waktu ke tempatnya, belajar bahasa isyaratnya juga ga gratis hahaha... Mana ada sih belajar yang gratis di jakarta??? semua bayar kayaknya. Apa saya harus pindah ke Jogja untuk selama nya ??? Cari suami orang Jogja aja kali ya biar jadi warga Jogja hahaha *ngelindur mode : on*.

Rencana nya akhir bulan ini saya mau kembali lagi ke Jogja untuk pijat alternatif yang ntahlah bisa bikin pendengaran ini menjadi lebih baik atau engga. Kalau sempat bisa belajar bahasa isyarat di Sekolah Semangat Tuli lagi ..... i can hardly waiiitttt !!!! Sampai ketemu lagi Jogja di akhir bulan ini :)


Xoxo,
Ajeng