Thursday, 5 March 2015 - 0 comments

Ceritanya Belajar Bahasa Isyarat

Waaww... udah lama banget ya ga ngeblog. Ternyata kangen juga nulis sesuatu ngeluarin uneg - uneg yang lama - lama bikin eneg saking nyampahnya hehehe.... Maklum kemarin lagi sibuk - sibuknya dengan perkuliahan demi mendapatkan gelar sarjana yang terhitung kira - kira sudah 6 bulan berlalu semenjak gelar sarjana itu saya dapatkan dan Alhamdulillah sampe detik ini masih nganggur. Loh kok malah Alhamdulillah ? iya gapapa disyukurin aja itung - itung jadi lumayan nikmatin waktu libur panjang yang mungkin ga akan dirasakan lagi kalo udah sibuk bekerja nantinya yang gatau kapan kerjanya hahaha.

Berhubung jadi seorang pengangguran, akhirnya jadi inget sama si blog yang sudah cukup terlantar ini. Oleh karena itu, ijinkan saya bercerita mengenai kegiatan saya selama 6 bulan menjadi seorang pengangguran ini :))

Awal - awal lulus jadi sarjana kemarin, ceritanya saya kabur sejenak dari ibu kota dan menetap kurang lebih 2 bulan di kota paling nyaman yang pernah saya tinggali yang mana tak lain dan tak bukan Kota Yogyakarta tercinta. Niat awal sih cuma mau di Jogja selama semingguan saja sekalian ikut Jobfair di sana tapi jadi panjang karena om saya menawarkan diri ngajarin saya belajar motor biar katanya mandiri begitu pulang ke Jakarta ga perlu diantar ke sana kemari sama bapak yang sudah pensiun. 

Karena selama di Jogja ga ada kerjaan selain belajar motor itu, lama - lama saya bosan juga. Kemudian saya ingat pernah liat di salah satu siaran tv ada sebuah komunitas tuna rungu di Jogja yang bisa melakukan banyak kegiatan kesenian yang bermanfaat. Mulailah saya googling mengenai komunitas tuna rungu tersebut, akhirnya ketemu twitternya Deaf Art Community Jogja dan kebetulan komunitas tuna rungu ini juga mengadakan latihan bahasa isyarat gratis setiap hari Senin dan Kamis jam 4 - 6 sore di Sekolah Semangat Tuli, Jalan Langenarjan Lor No. 16A.


Lokasi Sekolah Semangat Tuli bagi yang mau ke sana


Jadilah saya mengajak adik saya untuk mencoba ikut latihan bahasa isyarat siapa tau bisa berguna untuk saya yang juga memiliki masalah pendengaran ini. Hari pertama datang ke Sekolah Semangat Tuli rasanya ragu - ragu karena tempatnya lebih seperti rumah warga biasa ga ada tanda plang maupun spanduk yang menunjukkan tempat belajar ataupun tempat komunitas tuna rungu selain nomor rumah yang sama yang ditunjukkan di twitternya DAC Jogja. Begitu masuk ke ruang tamu, agak awkward juga saling pandang sama penghuninya tapi mereka semuanya welcome kok sama kita. Kesan selanjutnya, agak aneh karena suasananya sepi tidak terdengar suara orang ngobrol berhubung mereka semua tuna rungu dan beberapa juga tidak dapat berbicara dengan jelas seperti orang normal. Kita sampai sana jam 4 sore tapi latihan bahasa isyaratnya molor sampai jam 1/2 5 sore karena nungguin yang lainnya yang juga mau ikutan latihan bahasa isyarat karena jadwalnya yang fleksibel jadi kebanyakan ga on time datangnya.


Suasana Latihan Bahasa Isyarat di Sekolah Semangat Tuli

Hari pertama latihan kita diajarin sama Zakka, dia tuna rungu dan bicaranya pun kurang jelas. Tapi, kita tetap bisa menangkap apa yang dia ajarkan ke kita walaupun kadang suka bingung sama apa yang dia maksud jadi saya mencoba untuk membaca gerak bibirnya seperti yang biasa saya lakukan saat ngeobrol dengan orang heheheh. Hari pertama kita latihan alfabet dan huruf dalam bahasa isyarat. Di sini bahasa isyarat yang digunakan yaitu BISINDO bukan isyarat SIBI ataupun ASL. Saya baru tahu kalau bahasa isyarat di Indonesia masih belum sama serempak namun berbeda ada yang menggunakan BISINDO tapi ada juga yang menggunakan SIBI. Berdasarkan mbah wiki, BISINDO ini merupakan bahasa isyarat yang dikembangkan oleh para tuna rungu itu sendiri sementara SIBI direkayasa oleh orang normal.



BISINDO

Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_isyarat

Belajar bahasa isyarat ini juga ga gampang ternyata. Soalnya, kalimat percakapan biasa kalau di bahasa isyaratkan kalimatnya jadi berubah. Misalnya, dalam kalimat normal "Kenapa kamu dapat nilai jelek?" dalam bahasa isyarat berubah menjadi "Kamu nilai jelek dapat kenapa?" . Hal ini bikin saya sering lupa urutan isyaratnya terus jadi pusing sendiri hahahaha....

By the way, pengajar bahasa isyarat di DAC Jogja ini rata - rata mahasiswa loh. Walaupun mereka tuna rungu dan kesulitan berbicara, mereka mampu menunjukkan bahwa mereka juga bisa seperti kalian yang normal. Jadi jangan meremehkan mereka walaupun mereka memiliki kekurangan bukan berarti mereka tidak bisa apa - apa. Saya sendiri kagum sekali dengan mereka, saya sebagai seorang yang memiliki kekurangan pendengaran walaupun masih bisa mendengar sangat merasakan sulitnya kuliah di tengah - tengah mereka yang normal. Saya sering merasa terkucilkan dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki apalagi mereka yang sama sekali tidak bisa mendengar apa yang dosen ucapkan di kelas. 

Mungkin memang ada perbedaan di kampus mereka di Jogja dengan kampus saya di Depok dalam proses perkuliahan untuk mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus sepeti kami. Saya tidak sempat menanyakan masalah tersebut ke mereka karena rasanya tidak enak menanyakan hal tersebut. Saya jadi penasaran bagaimana cara mereka buat survive dan mandiri dalam berinteraksi dengan sekeliling mereka seperti saat mereka belanja, makan di luar, dan bergaul di kampus. Apakah mereka menggunakan bahasa isyarat, menulisnya di kertas atau selalu butuh pendamping ??. Lain kali akan saya coba tanyakan kalau saya tidak lupa hehehe.

Bertemu dengan mereka di Sekolah Semangat Tuli ini beneran bikin saya nyaman. Ntahlah... mungkin karena saya merasa memiliki kesamaan dengan mereka dan semangat yang mereka miliki untuk tidak dipandang sebelah mata karena kekurangan yang ada pada diri mereka. Hal ini juga membuat saya sadar, mereka yang tuna rungu dan tuna wicara saja memiliki semangat seperti itu dan bisa berkarya bahkan sampai ke luar negeri, saya yang walaupun memiliki kekurangan pendengaran tapi setidaknya saya masih bisa mendengar harus bisa juga seperti mereka bahkan harus bisa melebihi mereka. Mungkin yang membedakan saya dengan mereka adalah mereka memiliki kemauan sementara saya sering merasa malas mencoba karena takut gagal, takut kecewa, takut sakit hati dan ketakutan lainnya yang terus mengikis semangat dan kemauan saya.

Sayangnya, pertemuan dan latihan bahasa isyarat saya di Sekolah Semangat Tuli tidak bisa terus - terusan saya lakukan berhubung saya tinggal di Jakarta. Rasanya kangen juga untuk kembali belajar bahasa isyarat lagi, sedangkan di Jakarta sangat susah menemukan komuntas tuna rungu yang seperti DAC Jogja ini. Ada sih komunitas yang pernah saya datangi di Jakarta cuma tempatnya jauuuuuhhh.... sekaaaliii.... selain makan waktu ke tempatnya, belajar bahasa isyaratnya juga ga gratis hahaha... Mana ada sih belajar yang gratis di jakarta??? semua bayar kayaknya. Apa saya harus pindah ke Jogja untuk selama nya ??? Cari suami orang Jogja aja kali ya biar jadi warga Jogja hahaha *ngelindur mode : on*.

Rencana nya akhir bulan ini saya mau kembali lagi ke Jogja untuk pijat alternatif yang ntahlah bisa bikin pendengaran ini menjadi lebih baik atau engga. Kalau sempat bisa belajar bahasa isyarat di Sekolah Semangat Tuli lagi ..... i can hardly waiiitttt !!!! Sampai ketemu lagi Jogja di akhir bulan ini :)


Xoxo,
Ajeng




0 comments:

Post a Comment